Apakah Anak Anda Menderita Down Sindrom ?
"Seandainya Robby, seorang pasien down sindrom tidak menerima perawatan sejak dini, mungkin ia tidak akan tumbuh secara normal, tidak akan memiliki kemampuan belajar, tidak akan banyak berinteraksi dengan orang sekitarnya, atau mungkin tidak mampu melewati satupun anak tangga dalam tahap-tahap perkembangannya. Akan tetapi, sekarang ia sudah menjadi seorang anak yang “cair”. Ia dengan lincah memainkan keyboardnya melantunkan notasi lagu Kemesraan."
pakah anak Anda memiliki ciri-ciri
seperti yang dialami Robby, yakni tinggi badan yang relatif pendek,
kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia atau sering
juga dikenal dengan Mongoloid, anda harus segera memeriksakannya ke
dokter. Mungkin anak anda mengalami down sindrom. Sebenarnya apa itu
down sindrom? Apa yang menyebabkan penyakit ini berbahaya?
Down sindrom merupakan kelainan
kromosom, yakni terbentuknya kromosom 21, yang dapat dikenali dengan
melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat
terjadi pembelahan, sehingga kromosom 21 yang seharusnya sepasang,
justru berjumlah tiga kromosom (trisomy 21). Kelainan yang berdampak
pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali
ditemukan oleh Dr. John Longdon Down pada tahun 1866. Lalu pada tahun
1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang
terjadi pada anak tersebut dengan merujuk pada penemu pertama kali
sindrom ini dengan istilah down sindrom dan hingga kini penyakit ini
dikenal dengan istilah yang sama.
Menurut Dr. Piprim B. Yanuarso Sp.A,
down sindrom memiliki gejala atau tanda-tanda yang bervariasi mulai dari
yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang
khas. Umumnya kelainan pada anak penderita down sindrom sangat mudah
dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk
kepala yang relatif kecil dari ukuran normal (microchephaly) dengan
bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya
tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang
menonjol keluar atau istilah medisnya macroglossia. Seringkali mata
menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan atau
epicanthal folds. Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan
yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama
dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar. Dan lapisan kulit
biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
Down sindrom ini disebabkan oleh
beberapa faktor, dapat disebabkan oleh virus, genetik, bawaan atau
riwayat orang tua yang pernah mengalami down sindrom dan metabolik.
Selain itu wanita yang mengandung pada usia di atas 40 tahun kemungkinan
besar akan melahirkan anak down sindrom. “Prinsip hanya wanita yang
hamil di usia 40 tahun akan melahirkan anak down sindrom kini tidak
sepenuhnya benar. Saya sering kali menjumpai wanita yang hamil di usia
20 atau 30 tahun melahirkan anak down sindrom. Hal tersebut bisa terjadi
akibat mutasi spontan, sehingga terjadi kelainan kromosom yang
berhubungan dengan kelainan pada organ lainnya seperti jantung,” dokter
spesialis anak di Pelayanan Jantung Terpadu, Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo ini menekankan.
Kelainan Jantung
Dokter Piprim juga menambahkan yang
menjadi masalah dari kelainan kromosom ini adalah kerusakan pada organ
tubuh. Kelainan kromosom ini bisa menyebabkan gangguan atau bahkan
kerusakan pada sistem organ yang lain. Pada anak down sindrom juga
sering disertai dengan penyakit jantung bawaan. Sekitar 30%-40% anak
down sindrom mengalami penyakit jantung bawaan, yang paling sering
berupa CAVSD (Complete Atrial venticular septal defect). Dapat juga
terjadi kelainan lain, seperti Atrial septal defect (ASD), Ventricular
septal sefect (VSD), Patent ductus arteriosus (PDA), dan Tetralogy of
Follat (TOF).
Beliau menambahkan, bayi dengan down
sindrom harus segera dilakukan pemeriksaan jantung yang cermat, termasuk
pemeriksaan ekokardiografi, agar tidak terlambat dalam menatalaksana
kelainan jantung bila ada. Hal ini disebabkan pada anak dengan down
sindrom lebih cepat terjadi kelainan pembuluh darah paru (Pulmonary
vascular disease) akibat penyakit jantung bawaan yang tidak diobati.
“Pencegahan dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil
terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang
pernah mempunyai anak dengan down sindrom atau mereka yang hamil di atas
usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya,
karena mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak
dengan down sindrom,” ujar suami dari dokter Elsa Husfaidah ini.
Ditambahkannya, diagnosis down sindrom
dalam kandungan juga dapat dilakukan. Diagnosis dilakukan dengan cara
menganalisis kromosom. Caranya adalah dengan mengambil sedikit bagian
janin pada plasenta saat kehamilan 10-12 minggu (CVS) atau mengambil air
ketuban pada kehamilan 14-16 minggu (amniosentesis). Hasil pemeriksaan
diagnostik untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom diperkuat oleh
hasil pemeriksaan fisik penderita, ultrasonography, ECG, echocardiogram
janin dan pemeriksaan darah (Percutaneus umbilical blood sampling)
Peran Orangtua
Menurut Dr. Piprim, yang juga harus
diperhatikan dalam penyembuhan anak dengan down sindrom ini adalah
perilaku orang tua. Orangtua umumnya putus asa lebih dulu saat mendengar
anaknya divonis menderita down sindrom. Orang tua malu memiliki
anak-anak seperti ini. Mereka menyembunyikan anaknya, atau justru
melindunginya secara berlebihan.
“Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam
penyembuhan anak dengan down sindrom. Orang tua harus menerima dengan
hati lapang terhadap kondisi anaknya. Orang tua harus aktif mencari
informasi tentang down sindrom. Orang tua pun aktif berhubungan dengan
klub down sindrom agar anak-anak dapat bersosialisasi dengan anak
penyandang down sindrom lainnya”, kata dokter yang menyelesaikan
pendidikan spesialis anak di Universitas Indonesia ini. Beliau juga
menambahkan orang tua seharusnya menabur cinta, pengajaran, dan
menciptakan suasana kondusif bagi anaknya sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar